Welcome in My Blog

Explore the world with Knowledge

Jumat, 22 Januari 2010

MIMPI BURUK + KETEGANGAN = PELAJARAN MATEMATIKA

A. Latar Belakang
Semakin hari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang. Perkembangan IPTEK itu tidak terlepas dari perkembangan matematika . Sebagai akibat dari kemajuan teknologi komunikasi dan informasi tersebut, arus informasi datang dari berbagai penjuru dunia secara cepat dan melimpah ruah. Untuk tampil unggul pada keadaan yang selalu berubah dan kompetitif ini, kita perlu memiliki kemampuan memperoleh, memilih dan mengelola informasi, kemampuan untuk dapat berpikir secara kritis, sistematis, logis, kreatif, dan kemampuan untuk dapat bekerja sama secara efektif. Sikap dan cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan melalui proses pembelajaran matematika karena matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya sehingga memungkinkan siapapun yang mempelajarinya terampil berpikir rasional. Kemampuan untuk menghadapi permasalahan-permasalahan baik dalam permasalahan matematika maupun permasalahan dalam kehidupan nyata merupakan kemampuan Daya Matematis (mathematical power). Oleh karena itu, matematika merupakan ilmu yang esensial sebagai dasar perkembangan teknologi, dan penguasaan tertentu terhadap matematika perlu ditingkatkan. Matematika disebut juga dengan Queen of science yang berarti ratunya ilmu. Maksud dari kata itu adalah bahwa matematika adalah pelayan dari semua ilmu pengetahuan. Tidak ada ilmu yang tidak berhubungan dengan matematika. Sejalan dengan dibutuhkanya matematika, tidak semudah menjalankan kegiatan tersebut. Masalah matematika muncul diberbagai hal. Masalah adalah sebuah kata yang sering terdengar oleh kita.Namun sesuatu menjadi masalah tergantung bagaimana seseorang mendapatkan masalah tersebut sesuai kemampuannya. Masalah merupakan suatu konflik, Hambatan bagi seseorang atau siswa dalam menyelesaikan tugas belajaraannya di kelas. Namun masalah harus diselesaikan agar proses berpikir siswa terus berkembang. Jika suatu masalah tidak diselesaikan maka akan terus membentuk masalah yang selanjutnya. Suatu masalah yang harus dengan segera diselesaikan jika tidak ingin menghambat perjalan dari matematika. Kesan matematika sebagai pelajaran yang membosankan, menakutkan, sulit dipelajari masih sering kita dengar dari siswa. Bahkan masih banyak siswa yang menganggap bahwa matematika adalah mimpi buruk dan ketegangan. Suatu masalah yang tidak kecil dan harus segera diselesaikan yang jika tidak diselesaikan maka akan menjadi masalah yang lebih besar.

B. Mimpi Buruk + Ketegangan = Pelajaran Matematika
Tidak sedikit saat ini siswa yang ketika masuk ke pelajaran matematika merasakan ketegangan yang besar. Apalagi jika ditambah dengan keadaan guru yang tidak menyenangkan, atau bahkan yang menyeramkan. Meskipun masalah ini telah berangsur mengerucut, tetapi keadaan ini masih banyak kita temukan. Pada keadaan itu adalah salah satu bentuk kecemasan siswa pada pelajaran matematika. Istilah khususnya adalah math anxiety.
Berdasarkan Meriam Webster Dictionary yang dikutip dari penelitian yang berjudul Overcoming math anxiety, kecemasan (anxiety) adalah rasa takut yang sangat besar terhadap sesuatu yang mengancam dan diikuti dengan respon fisiologis (seperti berkeringat, tekanan) dan rasa ragu pada diri sendiri bahwa mampu menghadapi hal yang menakutkan tersebut. Dalam penelitian yang berjudul Overcoming math anxiety, Rossnan menyebutkan bahwa mathematic anxiety (kecemasan pada matematika) merupakan bentuk respon emosional saat pelajaran matematika, mendengarkan guru, saat memecahkan permasalahan matematika, mendiskusikan matematika. Bentuk respon emosional tersebut salah satunya adalah kecemasan.
Penelitian yang dilakukan oleh Godbey dengan judul mathematic anxiety and the underprepared student menyebutkan terdapat beberapa gejala math anxiety. Gejala-gejalanya meliputi rasa mual, badan terasa panas, ketegangan yang berlebihan, ketidakmampuan mendengarkan guru, mudah terganggu oleh suara-suara, ketidakmampuan konsentrasi, negatif self-talk, sakit perut, pikiran tiba-tiba kosong, berkeringat. Kecemasan dalam matematika juga dapat disebabkan oleh pengalaman buruk masa lalu yang berkaitan dengan pelajaran matematika. Misalnya siswa memiliki pengalaman masa lalu bahwa dirinya selalu dihukum berdiri di depan kelas, karena tidak bisa mengerjakan soal matematika.
Godbey mendefinisikan bahwa self-talk adalah berbicara pada diri sendiri ketika kita ada masalah. Negatif self-talk dapat menjadi akar penyebab mengapa beberapa siswa mengalami kegagalan dalam matematika. Ketika menghadapi masalah matematika, bila siswa secara konstan mengatakan pada diri mereka "Saya tidak dapat mengerjakan matematika. Saya tidak pernah mendapat nilai bagus dalam matematika..." maka murid tersebut mungkin tidak dapat memecahkan masalah yang sederhana karena di dalam benaknya sudah berbicara tentang kegagalan pada diri mereka sendiri.
Mathematic anxiety merupakan hasil beberapa faktor, papar Godbey. Seperti ketidakmampuan menangani frustasi, ketidakhadiran di sekolah yang berlebihan, konsep diri yang negatif, sikap orang tua dan guru terhadap matematika, dan menekankan pembelajaran matematika dengan drill tanpa pengertian. Matematika sifatnya kumulatif, ketidakhadiran siswa yang berlebihan akan menyebabkan para murid tertinggal pelajaran. Terdapat hal yang perlu diketahui juga bahwa salah satu alasan kenapa para murid tidak bertanya ketika usia mereka masih muda dikarenakan oleh rasa khawatir bila terlihat bodoh atau terlalu pandai. Karena tidak seorangpun ingin masuk klasifikasi bodoh atau aneh.
Godbey mengungkapkan bahwa orang tua merupakan salah satu faktor yang ikut berkontribusi dalam math anxiety. Yaitu sikap orang tua yang memiliki mitos yang buruk mengenai kemampuan matematika dipengaruhi oleh hereditas. Selama para orang tua tidak bagus dalam matematika, maka mereka ada kecenderungan tidak memiliki harapan pada anak untuk mencetak nilai bagus dalam matematika. Beberapa orang tua merasa bahwa anak mereka mendapat nilai buruk pada matematika karena anak mereka tidak memiliki pemikiran matematis. Orang tua sangat disarankan untuk ikut serta dalam aktivitas matematika dengan cara yang dapat dipahami oleh anak dan menyenangkan.
Fokus pada kegiatan atau kelompok aktivitas akan menolong anak menyelami hubungan, pemecahan masalah, dan melihat matematika dari sisi yang positif. Orang tua sebaiknya mengambil peran aktif ketika mendorong anak mereka untuk melibatkan matematika dalam rutinitas sehari-hari.
Sementara dari pihak guru, guru tidak menyadari tingkat abstrak pada materi yang diutarakan, terkadang para guru memberi penilaian yang lebih pada kemampuan siswa, kemudian menyalahkan para siswa ketika masalah muncul.

C. Solusi dan Teknik Pemecahan Masalah
Banyak hal yang bisa kita lakukan dalam menghadapi pelajaran matematika agar pelajaran ini menyenangkan. Solusi diatas dapat dilakukan dengan cara para guru matematika sebaiknya mampu meningkatkan rasa percaya diri anak. Khususnya dalam hal ini rasa percaya diri akan kemampuan matematika mereka. Para guru sebaiknya ikut mensukseskan melakukan sesuatu untuk membuat matematika mudah dimengerti dengan menggunakan prosedur dan berbagai macam materi di kelas. Selain itu para guru matematika tidak hanya belajar mengenai matematika tetapi mereka mengajar dengan metode yang menarik untuk disampaikan dan pengaplikasian konsep-konsep matematika yang akan mengurangi kecemasan dan memberikan alasan yang tepat pada para siswa untuk mempelajari matematika. Mengenalkan humor di kelas dapat membawa keuntungan siswa dalam mempelajari matematika. Kegunaan humor dalam mengajar membawa keuntungan para murid dengan mengurangi kecemasan dan memfasilitasi pembelajaran.
Satu hal lagi yang penting bagi guru adalah menerapkan metode pemecahan masalah kepada siswa. Tentu saja setelah keadaan kelas sudah membuat nyaman siswa. Kemampuan pemecahan masalah (problem solving) atau belajar memecahkan masalah dilakukan supaya siswa terbiasa mengerjakan soal-soal yang tidak hanya mengandalkan ingatan yang baik saja, tetapi siswa diharapkan dapat mengaitkan dengan situasi nyata yang pernah dialaminya atau yang pernah dipikirkannya. Kemudian siswa bereksplorasi dengan benda kongkrit, lalu siswa akan mempelajari ide-ide matematika secara informal, selanjutnya belajar matematika secara formal. Dengan kegiatan seperti itu pembelajaran akan lebih aktif dan lebih mudah dimengerti oleh siswa sehingga dapat meningkatkan daya matematis siswa. Kemampuan pemecahan masalah itu sendiri terdiri dari:
1. Kemampuan berargumentasi (reasonning);
2. Kemampuan berkomunikasi (communication);
Komunikasi matematika merepleksikan pemahaman matematik dan merupakan bagian dari daya matematik. Siswa-siswa mempelajari matematika seakan-akan mereka berbicara dan menulis tentang apa yang mereka sedang kerjakan. Mereka dilibatkan secara aktif dalam mengerjakan matematika, ketika mereka diminta untuk memikirkan ide-ide mereka, atau berbicara dengan dan mendengarkan siswa lain, dalam berbagi ide, strategi dan solusi. Menulis mengenai matematika mendorong siswa untuk merepleksikan pekerjaan mereka dan mengklarifikasi ide-ide untuk mereka sendiri
3. Kemampuan membuat koneksi (connection)
4. Kemampuan representasi (representation)
Kelima hal tersebut oleh NCTM (1999) dikenal dengan istilah standar proses daya matematis (mathematical power proses Standards).
Daya matematis didefinisikan oleh NCTM (1999) sebagai, "Mathematical power includes the ability to explore, conjecture, and reason logically; to solve non-routine problems; to communicate about and through mathematics; and to connect ideas within mathematics and between mathematics and other intellectual activity.”
Lebih lanjut selain kemampuan untuk menggali, menyusun konjektur, dan membuat alasan-alasan secara logis; untuk memecahkan masalah nonrutin; untuk berkomunikasi mengenai dan melalui matematika; dan untuk menghubungkan berbagai ide-ide dalam matematika dan diantara matematika dan aktivitas intelektual lainnya. Daya matematis juga meliputi pengembangan kepercayaan diri dan disposisi untuk mencari, mengevaluasi, dan menggunakan informasi kuantitatif dan spasial dalam menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan.
Secara garis besar langkah-langkah pendekatan pemecahan masalah mengacu kepada model empat-tahap pemecahan masalah yang diusulkan oleh George Polya, sebagai berikut.
1. Memahami masalah
Kegiatan dapat yang dilakukan pada langkah ini adalah:
a. apa (data) yang diketahui,
b. apa yang tidak diketahui (ditanyakan),
c. apakah informasi cukup,
d. kondisi (syarat) apa yang harus dipenuhi,
e. menyatakan kembali masalah asli dalam bentuk yang lebih operasional (dapat dipecahkan).
2. Membuat rencana untuk menyelesaikan masalah
Pendekatan pemecahan masalah tidak akan berhasil tanpa perencanaan yang baik. Dalam perencanaan pemecahan masalah, siswa diarahkan untuk dapat mengidentifikasi strategi-strategi pemecahan masalah yang sesuai untuk menyelesaikan masalah. Dalam mengidentifikasi strategi-strategi pemecahan masalah ini, hal yang paling penting untuk diperhatikan adalah apakah strategi tersebut berkaitan dengan permasalahan yang akan dipecahkan.
3. Melaksanakan rencana yang dibuat pada langkah kedua
Kegiatan yang dapat dilakukan pada langkah ini adalah:
a. mencoba mencari atau mengingat masalah yang pernah diselesaikan yang memiliki kemiripan dengan masalah yang akan dipecahkan.
b. Mencari pola atau aturan, menyusun prosedur penyelesaian (membuat konjektur).
c. menjalankan prosedur yang telah dibuat pada langkah sebelumnya untuk mendapatkan penyelesaian.

4. Memeriksa ulang jawaban yang diperoleh
Langkah memeriksa ulang jawaban yang diperoleh merupakan langkah terakhir dari pendekatan pemecahan masalah matematika (Hudojo, 2001). Langkah ini penting dilakukan untuk mengecek apakah hasil yang diperoleh sudah sesuai dengan ketentuan dan tidak terjadi kontradiksi dengan yang ditanya.
Ada empat langkah penting yang dapat dijadikan pedoman untuk dalam melaksanakan langkah ini, yaitu:
a. Mencocokkan hasil yang diperoleh dengan hal yang ditanyakan
b. Menginterpretasikan jawaban yang diperoleh
c. Mengidentifikasi adakah cara lain untuk mendapatkan penyelesaian masalah
d. Mengidentifikasi adakah jawaban atau hasil lain yang memenuhi.
e. menganalisis dan mengevaluasi apakah prosedur yang diterapkan dan hasil yang diperoleh benar, apakah ada prosedur lain yang lebih efektif, apakah prosedur yang dibuat dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang sejenis, atau apakah prosedur dapat dibuat generalisasinya


D. Penutup
Selalu memiliki inovasi dan dalam mengajar adalah modal yang harus dimiliki oleh guru dalam mengajar matematika. Terutama mengenal psikologi siswa agar tidak ada lagi mimpi buruk dan ketegangan ketika belajar matematika. Metode yang tepat dan metode pemecahan masalah adalah salah satu cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah ini. Dengan begitu suasana psikologi siswa dan kelas akan lebih aktif sehingga daya matematis siswa akan lebih cepat meningkat.
RoZlia:dari b'bagai Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar