Welcome in My Blog

Explore the world with Knowledge

Jumat, 22 Januari 2010

GlobaL WaRming

Panas banget ya hari ini!” ucapan yang tidak asing terlontar dari orang- orang di sekitar sekitar kita. bahkan kita sendiri sering mengucapkan hal itu. Data- data yang ada memang menunjukkan planet bumi terus mengalami peningkatan suhu yang mengkhawatirkan dari tahun ke tahun. Selain makin panasnya cuaca di sekitar kita juga menyadari menyadari makin banyaknya bencana alam dan fenomena-fenomena alam yang cenderung semakin tidak terkendali belakangan ini. Mulai dari banjir, puting beliung, semburan gas, hingga curah hujan yang tidak menentu dari tahun ke tahun. Sadarilah bahwa semua ini adalah tanda-tanda alam yang menunjukkan bahwa planet kita tercinta ini sedang mengalami proses kerusakan yang menuju pada kehancuran! Hal ini terkait langsung dengan isu global yang belakangan ini makin marak dibicarakan oleh masyarakat dunia yaitu Global Warming (Pemanasan Global). Apakah pemanasan global itu? Secara singkat pemanasan global adalah peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi.

1. Faktor Penyebab Terjadinya Global Warming
a) Efek Rumah Kaca
Atmosfer bumi terdiri dari bermacam-macam gas dengan fungsi yang berbeda-beda. Kelompok gas yang menjaga suhu permukaa bumi agar tetap hangat dikenal dengan istilah “gas rumah kaca” Disebut gas rumah kaca karena sistem kerja gas-gas tersebut di atmosfer bumi mirip dengan cara kerja rumah kaca yang berfungsi menahan panas matahari di dalamnya agar suhu di dalam rumah kaca tetap hangat, dengan begitu tanaman di dalamnya pun akan dapat tumbuh dengan baik karena memiliki panas matahari yang cukup. Planet kita pada dasarnya membutuhkan gas tersebut. Namun dalam hal yang wajar. Gas-gas tersebut berfungsi untuk menghangtkan bumi agar bumi ini tetap tersa hangat dan perbedaan antara siang dan malam tidak terasa jauh berbeda. Tanpa adanya gas tersebut, bumi ini tidak akan bisa ditempati karena terlampau dingin. Sebagai perbandingan, planet mars yang memiliki lapisan ozon tipis dan tidak memiliki efek rumah kaca memiliki suhu -32 derajat. Tidak terbayangkan jika bumi ini sedingin itu. Dengan adanya efek rumah kaca, bumi ini lebih terasa hangat. Tetapi bila berlebihan, layaknya segala sesuatu yang berlebihan pasti membuat tidak nyaman.
Lalu, bagaimana sebenarnya yang terjadi dengan efek rumah kaca? Lapisan ozon(O3) terletak di bagian topospher. Lapisan ini adalah tempat terjadinya efek rumah kaca. Segala sumber energy yang terdapat di bumi berasal dari matahari. Sebagian besar energy terbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energy tiba di permukaan bumi, maka akan berubah menjadi cahaya yang menghangatkan bumi. Permukaan bumi akan menyerap sebagian panas dan kembali memantulkan sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud sinar inframerah . Namun gelombang panas sebagian akan terperangkap di muka bumi akibat gas gas rumah kaca. Gas rumah kaca itu antara lain kabondioksida, metana, nitrogen Oksida dan CFC. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali gelombang yang dipancarkan bumi. Dan akibatnya panas tersebut akan teersimpan di bumi. Keadaan ini terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata bumi terus meningkat.dan pada saat ini, gas-gas tersebut semakin meningkat dan menyebabkan pemanasan global.
b) Efek Umpan Balik
Penyebab global warming juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang dihasilknnya. Sebagi contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan, akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan akan jumlah konsentrasi uap air. Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolute di udara, kelembaban relative udara hamper konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat. Umpan balik ini hanya berdampak secara perlahan-lahan karena CO2 memilki usia yang panjang di atmosfer. Umpan balik penting lainya adalah hilangnya kemampuan memantulakan cahaya oleh es. Ketika temperature global meningkat, es yang berda di kutub mencair dengan cepat. Kebersamaan dengan mencairnya es tersebut, daratan atau air dibawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mecair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan. Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku adalah mekanisme yang berkontribusi terhadap pemanasan. Kemampuan lautan untuk menyerap karbon akan berkurang bila keadaan menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunnya tingkat nutrien, pada zona mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom dari pada phytoplankton yang merupakan penyerap karbon yang rendah.
c) Peternakan
Ternyata penyumbang emisi emisi zat terbesar dalam gas rumah kaca adalah tidak seperti yang kita kira. Bukan truk, motor, mobil atau kendaraan bermotor lainnya. Tapi ternyata penyumbang terbesar itu adalah daging. Dalam laporan terbaru Fourth Assessment Report, yang dikeluarkan oleh Intergovermental Panel on Climate Change (IPCC), satu bada PBB yang terdiri dari 1300 Ilmuwan dari seluruh dunia, terungkap bahwa 90% aktivitas manusia selama 250 tahun terakhir inilah yang membuat planet kita semakin panas. Kebanyakan dari gas rumah kaca dihasilkan oleh peternakan, pembakaran bahan-bahan fosil pada kendaraan bermotor, pabrik-pabrik modern, pembangkit tenaga listrik serta pembabatan hutan. Tetapi menurut laporan PBB tentang peternakan dan lingkungan yang diterbitkan pada tahun 2006 mengungkapkan bahwa industry peternakan adalah penghasil emisi gas rumah kaca yang terbesar (18%), jumlah ini lebih banyak gabungan emisi gas rumah kaca seluruh transportasi di seluruh dunia (13%). Hamper seperlima dari emisi karbon berasal dari peternakan. Sektor peternakan telah menyumbang 9% karbondioksida 37% gas metana (mempunyai efek pemanasan 72 kali lebih kuat dari CO2 dalam jangka 20 tahun, dan 2 kali dalam jangka 100 tahun), serta 65% di nitrogen oksida. Peternakan juga menimbulkan 64% amonia yang dihasilkan karena campur tangan manusia sehingga polusi.
Pemeliharaan hewan ternak memerlukan energi listrik untuk lampu-lampu dan peralatan pendukung peternakan, mulai dari penghangat ruangan, mesin pemotong, dll. Salah satu inefisiensi listrik terbesar adalah dari mesin-mesin pendingin untuk penyimpanan daging. Baik yang ada di peternakan maupun yang ada di titik-titik perhentian (distributor, pengecer, rumah makan, pasar, dll) sebelum daging tersebut tiba di rumah/piring makan. Kita tentu tahu bahwa mesin-mesin pendingin adalah peralatan elektronik yang sangat boros listrik/energi. Transportasi yang digunakan, baik untuk mengangkut ternak, makanan ternak, sampai dengan elemen pendukung peternakan lainnya (obat-obatan dll) menghasilkan emisi karbon yang signifikan.
Peternakan menyedot begitu banyak sumber daya pendukung lainnya, mulai dari pakan ternak hingga obat-obatan dan hormon untuk mempercepat pertumbuhan. Mungkin sepintas terlihat seperti pendukung pertumbuhan ekonomi. Peternakan membutuhkan lahan yang tidak sedikit. Demi pembukaan lahan peternakan, begitu banyak hutan hujan yang dikorbankan. Hal ini masih diperparah lagi dengan banyaknya hutan yang juga dirusak untuk menanam pakan ternak tersebut (gandum, rumput, dll). Padahal akan jauh lebih efisien bila tanaman tersebut diberikan langsung kepada manusia. Peternakan sapi saja telah menyedot makanan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan kalori 8,7 miliar orang! Perusakan hutan sama dengan memperparah efek pemanasan global karena CO2 yang tersimpan dalam tanaman akan terlepaskan ke atmosfer bersamaan dengan matinya tanaman tersebut. Hewan-hewan ternak seperti sapi adalah polutan metana yang signifikan. Sapi secara alamiah akan melepaskan metana dari dalam perutnya selama proses mencerna makanan. Dan miliaran hewan-hewan ternak di seluruh dunia setiap harinya melakukan proses ini yang pada akhirnya menjadi polutan gas rumah kaca yang signifikan. Limbah berupa kotoran ternak mengandung senyawa NO (Nitrogen Oksida) yang notabene 300 kali lebih berbahaya dibandingkan CO2.

2. Dampak dan Fakta-fakta di dunia sebagai akibat dari Global Warming

a) Mencairnya Es di kutub Utara dan Selatan
Pemanasan global berdampak langsung pada mencairnya es di kutub utara dan selatan secara terus-menerus. Es di Greenland, hingga kini telah mencair hingga 19 ton. Dan volume es di arktik hingga musim panas tahun 2007 telah menjadi setengahnya dari 4 tahun sebelumnya. Mencairnya es saat ini berjalan jauh lebih cepat dari model-model prediksi yang pernah diciptakan oleh para ilmuwan. Beberapa prediksi awal yang pernah dibuat sebelumnya memperkirakan bahwa seluruh es di kutub akan lenyap pada tahun 2040 sampai 2100. Tetapi data es tahunan yang tercatat hingga tahun 2007 membuat mereka berpikir ulang mengenai model prediksi yang telah dibuat sebelumnya.Para ilmuwan mengakui bahwa ada faktor-faktor kunci yang tidak mereka ikutkan dalam model prediksi yang ada. Dengan menggunakan data es terbaru, serta model prediksi yang lebih akurat, Dr. H. J. Zwally, seorang ahli iklim NASA membuat prediksi baru yang sangat mencengangkan: hampir semua es dikutub utara akan lenyap pada akhir musim panas 2012!
Baru-baru ini sebuah fenomena alam kembali menunjukkan betapa seriusnya kondisi bumi. Pada tanggal 6 Maret 2008, sebuah bongkahan es seluas 414 kilometer persegi (hampir 1,5 kali luas kota Surabaya) di Antartika runtuh. Menurut peneliti, bongkahan es berbentuk lempengan yang sangat besar itu mengambang permanen di sekitar 1.609 kilometer selatan Amerika Selatan, barat daya Semenanjung Antartika. Padahal, diyakini bongkahan es itu berada di sana sejak 1.500 tahun lalu. lempengan es yang disebut Wilkins Ice Shelf itu sangat jarang runtuh. Sekarang, bongkahan es yang tersisa tinggal 12.950 kilometer persegi, ditambah 5,6 kilometer potongan es yang berdekatan dan menghubungkan dua pulau. “Sedikit lagi, bongkahan es terakhir ini bisa turut amblas. Dan, separo total area es bakal hilang dalam beberapa tahun mendatang,” ujar Scambos. Antartika merupakan kutub yang 90 % wilayahnya merupakan es. Benua ini jauh lebih dingin dari benua arktik. Suhu rata –rata di benua ini – 49 derajat, bahkan mencapai – 90 derajat. Sehingga jarang untuk meleleh es. Sehingga disaat adanya es yang mencair di kutub selatan, mendapat perhatian yang serius dari berbagai pihak.
b) Meningkatnya Level Permukaan Laut
Mencairnya es di kutub utara dan kutub selatan berdampak langsung pada naiknya level permukaan air laut. Hal ini pernah terjadi di laut greenland. Para ahli memperkirakan apabila seluruh Greenland mencair. Level permukaan laut akan naik sampai dengan 7. Dan ini Cukup untuk menenggelamkan seluruh pantai, pelabuhan, dan dataran rendah diseluruh dunia.
c) Perubahan Iklim/Cuaca yang semakin Ekstrim
Dampak pemanasn global mengakibatkan keadaan iklim yang tidak menentu dan semakin ekstrim. Pola hujan yang tidak tentu. Hinga di suaatu tempat terjadi hujan yang berlebihan dan disuatu tempat sama sekali tidak ada hujan dan kkeringan pun terjadi. Hal itu terjadi di Indonesia juga. Sulit sekali rasanya menentukan kapan musim hujan dan kapan musim kemarau tiba. Tanpa penelitian yang signifikan jg, kita dapat merasakan dampak itu. Keadaan yang semakin panas yang tidak tertahankan, semakin terasa akhir-akhir ini. Daerah lembang bandung yang dahulu terkenal dengan daerah yang sangat sejauk dan dingin, kini telah semakin panas. Bandung tidak lagi sejuk seperti dulu, tetaoi telah berubah menjadi daerah yang panas. Itu adalh contoh kecil yang dapat dirasakan. Dan kejadian itu tentu saja tidak hanya dirasakan di andung saja, tetapi di seluruh dunia.
d) Gelombang panas MEnjadi Semakin Ganas
Pemanasan Global mengakibatkan gelombang panas menjadi semakin sering terjadi dan semakin kuat. Tahun 2007 adalah tahun pemecahan rekor baru untuk suhu yang dicapai oleh gelombang panas yang biasa melanda Amerika Serikat. Daerah St. George, Utah memegang rekor tertinggi dengan suhu tertinggi mencapai 48o Celcius! Suhu di St. George disusul oleh Las Vegas dan Nevada yang mencapai 47o Celcius, serta beberapa kota lain di Amerika Serikat yang rata-rata suhunya di atas 40o Celcius. Daerah Death Valley di California malah sempat mencatat suhu 53o Celcius! Serangan gelombang panas kali ini bahkan memaksa pemerintah di beberapa negara bagian untuk mendeklarasika status darurat siaga I. Serangan tahun itu memakan beberapa korban meninggal (karena kepanasan), mematikan ratusan ikan air tawar, merusak hasil pertanian, memicu kebakaran hutan yang hebat serta membunuh hewan-hewan ternak. Pada tahun 2003, daerah Eropa Selatan juga pernah mendapat serangan gelombang panas hebat yang mengakibatkan tidak kurang dari 35.000 orang meninggal dunia dengan korban terbanyak dari Perancis (14.802 jiwa). Perancis merupakan negara dengan korban jiwa terbanyak karena tidak siapnya penduduk dan pemerintah setempat atas fenomena gelombang panas sebesar itu. Korban jiwa lainnya tersebar mulai dari Inggris, Italia, Portugal, Spanyol, dan negara- Negara Eropa lainnya. Gelombang panas ini juga menyebabkan kekeringan parah dan kegagalan panen merata di daerah Eropa. Mungkin kita tidak mengalami gelombang-gelombang panas maha dahsyat seperti yang dialami oleh Eropa dan Amerika Serikat, tetapi melalui pengamatan dan dari apa yang kita rasakan sehari-harinya. Kita dapat juga merasakan betapa panasnya suhu di sekitar kita.
e) Habisnya Gletser, Sumber Air Bersih Dunia
Mencairnya gletser-gletser dunia mengancam ketersediaan air bersih, dan pada jangka panjang akan turut menyumbang peningkatan level air laut dunia. Dan sayangnya itulah yang terjadi saat ini. Gletser-gletser dunia saat ini mencair hingga titik yang mengkhawatirkan.
f) Badai Akan Menjadi lebih Terjadi
Global warming akan membuat air lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topai badan yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air akan menjadi lebih besar.
g) Gangguan Ekologis
Hewan dan tumbuhan, menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini, karena sebagian lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk berimigrasi kea rah kutub atau kearah pegunungan. tumbuhan akan mengubah kearah pertumbuhannya, mencari habitat baru karena hbitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Species – speces yang bermigrasi ke utara aau ke selatan yang terhaang oleh kota- kota atau lahan – lahn pertanian mungkin akan mati. Beberapa spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju utub mungkin akan musnah.
h) Meningkatnya frekuensi dan Intentitas bAnjir
Meningkatnya frekuensi dan intentitas banjir disebabkan oleh terjadinya pola hujan yang acak dan musim hujan yang pendek. Sementara curah hujan sangat tinggi(kejdian ekstrim). Kemungkinan lainnya adalah akibat terjadinya backwater dari wilayah pesisir ke darat. Frekuensi dan intentitas banjir diprediksi akan terjadi 9 kali lebih besar pada decade mendatang dimana 80 % peningkatan banjir tersebut terjadi di asia selatan dan tenggara.
i) Melelehnya Salju – Salju Yang Ada di Pegunungan Dunia
Pemansan global tidak hanya menyebabkan melelehnya es-es dikutub utara dan kutub selatan. Salju-salju yang ada dipegunungan juga ikut meleleh. Salju di puncak tertinggi aafrika, gunung Kilimanjaro setiap bulanya meleleh tidak kurang dari 300 meter kubik. Tidak kalah juga pegunungan jaya wijaya di Indonesia, yang awalnya memiliki banyak salju, kini tidak seperti dulu lagi. Gletser – gletser yang ada di pegunungan Himalaya juga terdegradasi amat cepat.
Berdasrkan laporan terahir dari Intergovermental Panel On Climate Change ( IPCC) terakhir yang telah dirilis tahun 2007, 30 salju yang ada di seluruh pegunungan dunia telah kehilangn ketebalan hingga lebih dari setengah meter hingga tahun 2005.

3. Peranan Manusia dalam Memperbaiki Lingkungan dan Mencegah Global Warming
Sebenarnya kita tidak memerlukan perubahan yang radikal untuk membantu Bumi ini menjadi lebih bersahabat. Ubahlah beberapa rutinitas yang dapat menurunkan “Jejak karbon.” Yang pada akhirnya akan menghemat uang juga. Tetapi yang terpenting adalah kita memberikan anak cucu kita tempat yang lebih baik untuk ditinggali.
a) Berhentilah atau Kurangi Mengkonsumsi Daging
Telah diketahui bahwa peternakan merupakan salah satu sumber terbesar penyumbang emisi gas –gas rumah kaca. Hal ini dikarenakan kotoran hewan mengandung banyak gas metana. Selain itu dalam dunia peternakan, telah diketahui baha lebih banyak menggunakan listrik. Jadi lebih menggunakan energy dan memperbanyak suatu emisi.
b) Batasi Emisi Karbondioksida
Bila memungkinkan segeralah untuk menggunakan energy alternative yang tidak menghasilkan CO2 seperti matahari, angin dan lain –lain. Bila harus menggunakan energy yang berasal dari fosil, maka harus lebih bijak dan efisien dalam menggunakannya.temasuk dalam menghemat listrik. Matikan barang-barang elektronik yang tidak digunakan. Apalagi Indonesia adalah salah satu Negara yang tenaga listriknya banyak menggunakan gas – gas yang berasal dari fosil.
c) Melakukan Kegiatan Penghijauan
Tanaman adalah makhluk hidup yang mampu menyerap CO2, gas emisi yang berbahaya dan pemicu terjadinya pemanasan global. Semakin banyak tumbuhan yang ada, semakin banyak CO2 yang diserap. Hal ini menyebabkan semakin berkurangnya karbondioksida yang berkeliaran di udara. Dan pada akhirnya secara otomatis akan mengurangi pemanasan global.
d) Gunakan Alat Transfortasi Alternatif
Menggunakan alat transformasi alternative adalah salah satu faktor yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan bumi kita. Peralihan mobil konvensional ke mobil hibrida dapat menghemat emisi sebanyak 1 ton per tahun. Selain itu mengkonsumsi makan local juga lebih baik. Selain dapat menghemat emisi gas, makan local cenderung lebih baik daripada makanan import. Dalam hal ini makanan import menyumbang emisi karena untuk mengangkutnya diperlukan bahan bakar yang tidak sedikit

dari bErbagai sUmber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar